Baihaqi Achmad Panggil saya Haqi. Saya tertarik sekali dengan apapun yang berhubungan dengan seni dan film. Memiliki jutaan mimpi yang diusahakan sekali untuk dicapai. Memiliki tumpukan masalah yang sebisa mungkin diselesaikan. Memiliki beberapa potensi yang diusahakan untuk dikembangkan. Sangat ingin berkeliling Indonesia, menjadi penulis, menjadi wartawan dan membangun bisnis toko buku dan kafe
arsip Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 para tetangga Teman Sekolah Akbar Badriansyah|| Amalia Hapsari|| Amalia Sekarjati|| Febian Nurrahman|| Hendry Ma'ruf|| Keishkara Hanandhita|| Mayang Arum Anjar Rizky|| Novia Rozet|| Sari Rachmani|| Surioktya Zuarni Meisyka|| Valeska Liviani|| Yusrina Sabila Penulis Adhitya Mulya|| Alanda Kariza|| Dewi Lestari|| Fira Basuki|| Jenny Jusuf|| Ninit Yunita|| Nova Riyanti Yusuf|| Okke|| Prima Rusdi|| Raditya Dika|| Sitta Karina Selebritis Anizabella|| Christian Sugiono|| Dian Sastrowardoyo|| Eva Celia Lesmana|| Wulan Guritno Teman Blogger Agas|| Alia|| Alvin|| Arimbi|| Aulia|| Avo|| Chenel|| Citra|| Dara|| Deedee|| Dwikjohn|| Echa|| Jane|| Julham|| Kanira|| Kanya|| Kiky|| Lalla|| Lalita|| Meiggy|| Mini|| Mudjiran|| Nadine|| Nanien|| Refika|| Sheyka|| Siska|| Suci|| Synna|| Tarra|| Vito Yang Lainnya Kineforum|| Macabre|| Ragazzonline|| credits skin by: Jane |
Selasa, 07 Oktober 2008 @ 09.47
Sahabat saya beruntung diberi sifat yang gampang berbaur dengan orang lain. mudah beradaptasi dan mudah dekat dengan orang lain dalam waktu yang relatif singkat. saya bersyukur diberi kemudahan itu, saya bersyukur karena saya bisa memiliki banyak teman dan mudah bergaul dengan siapa saja, dari kalangan apa aja tanpa memandang siapa dia dan latar belakangnya. meski begitu, saya bukanlah orang yang gampang terbuka dengan orang lain. saya senang bercerita tapi sisi-sisi kelam saya dan bagian-bagian hidup saya yang terkadang membuat stress karena menumpuknya masalah sebisa mungkin saya tutup rapat untuk konsumsi saya sendiri. tapi saya tau, berbagi itu lebih enak, membagi cerita itu dapat membuat diri saya lebih plong. dan inilah tiga orang yang senantiasa mendengarkan cerita saya, para sahabat saya ![]() Saya kenal Irvan sejak kecil. Dari jaman SD. Kebetulan saat saya naik kelas 2 saya pindah rumah ke rumah saya yang sekarang dan dari situlah saya kenal Irvan. Kita dekat dari kecil, sebenarnya di lingkungan rumah ada 4 orang lain yang juga dekat dengan saya tapi cuma dengan Irvan saya bisa membagi masalah saya dan membuka topeng 'anak baik-baik' yang saya punya. Irvan kuliah di Matematika Unpad. Ya, dia sangat jago matematika, berlawanan dengan saya yang gak pernah beres di pelajaran itu. Sebenarnya kita punya banyak perbedaan. Kalo diskusi soal film aja kita suka berantem karena beda selera. Irvan itu suka berorganisasi, saya tidak. Irvan itu sangat memperhatikan penampilan, saya tidak. Irvan itu percaya dirinya tinggi, saya tidak. Masih banyak lah berbagai perbedaan yang ada cuma itu gak menghalangi saya untuk menjadi sahabat dia karena saya tau kita nyambung. Bertukar fikiran. Saling memberi pendapat. Memberi masukan membangun. Memberi kritik yang terdengar pedas tapi kena. Ngobrolin banyak hal. Bercerita segala topik. Dan saling belajar serta mengisi. Walau kadang ada beberapa hal dari dia yang bikin saya kesal saya berusaha meredamnya karena saya tau pasti ada beberapa sikap saya yang membuat dia kesal. Memberi dan menerima, bukankah itu gunanya sahabat? Mulai dekat dengan Adis waktu sekelas di kelas xii. She's smart. Pemikiran Adis itu selalu saya suka. Komentar, celoteh dan pendapatnya membuat saya betah berlama-lama ngobrol dengan Adis. Ketika saya merasa sangat nyaman berbicara dengannya saya tau dia memang datang untuk menjadi sahabat saya. Sayangnya kita tidak terlalu sering bertemu. Waktu SMA saya sering bolos dan Adis banyak tidak masuk karena sakit. Bertemu Adis menjadi sebuah momen berharga karena dulu itu jarang terjadi. Saya selalu rindu ngobrol, tertawa terbahak dan saling mendengarkan cerita bersama Adis. Saya selalu merindukan itu dan selalu ingin melakukannya, lagi dan lagi. Sekarang Adis kuliah di Sastra Jepang UI. Semalam dia baru saja menelfon saya setelah entah berapa lama kita tidak berkomunikasi. Adis itu cantik, dewasa dan selalu bisa mensupport saya dengan caranya sendiri. Cerita hidup Adis melengkapi cerita hidup saya karena kita selalu berbagi cerita. Saya ingat waktu SMA kemarin kita duduk di kursi bagian belakang, di pojok, saat pelajaran Sejarah dan kita ngobrolin banyak hal, ngacangin Bu Sinaga yang berkoar-koar di depan kelas. Saya juga ingat waktu prom kemarin saya melepaskan kebohongan yang saya simpan dan memberi tau dia apa yang sebenarnya saya simpan rapat, dan dia bisa mengerti serta memberi waktu bagi saya untuk menceritakannya. Saya selalu memanjatkan doa agar Adis bisa segera sehat. Saya gak mau sahabat saya itu menghabiskan waktu terlalu banyak untuk berteman dengan dokter, rumah sakit dan obat-obatan. Saya ingin Adis sehat dan kita meraih mimpi-mimpi kita bersama. Harus. Sebenarnya kita satu SMP tapi baru dekat waktu SMA. Kinjie itu manja, impulsif, cengeng tapi di sisi lain dia juga kuat, gigih dan sangat perhatian. Waktu SMA saya gak bisa dipisahkan sama Kinjie, kemana-mana kita selalu bareng dan menghabiskan waktu dengan Kinjie memang sangat menyenangkan. Bersama Kinjie masalah saya bisa saya lupakan karena kita selalu punya cara untuk bersenang-senang. Entah cuma dengan nonton film, nyewa film di Video Ezy, ngobrol di taman quin, makan bareng atau bahkan saya dateng ke rumahnya cuma untuk cerita -dan numpang makan haha. Sekarang Kinjie kuliah di Akuntansi UI. Kita memang udah jarang ketemu karena masing-masing dari kita sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing, tapi meski begitu komunikasi tetap terjalin, entah sms, telfon, atau menyempatkan diri untuk bertemu. Saya butuh Kinjie untuk tempat belajar. Kinjie itu supporter saya, kalau saya udah drop pasti dia langsung menyemangati saya, begitupun sebaliknya saya juga selalu mensupport apapun yang dia lakukan -walau kadang saya tidak sependapat. Sifat Kinjie yang keras sebisa mungkin saya imbangi. Sebenarnya saya juga tipikal orang yang keras tapi dengan Kinjie saya berusaha meredamnya karena saya tau dalam persahabatan perlu kompromi dan rasa saling memahami. | |