Baihaqi Achmad Panggil saya Haqi. Saya tertarik sekali dengan apapun yang berhubungan dengan seni dan film. Memiliki jutaan mimpi yang diusahakan sekali untuk dicapai. Memiliki tumpukan masalah yang sebisa mungkin diselesaikan. Memiliki beberapa potensi yang diusahakan untuk dikembangkan. Sangat ingin berkeliling Indonesia, menjadi penulis, menjadi wartawan dan membangun bisnis toko buku dan kafe
arsip Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 para tetangga Teman Sekolah Akbar Badriansyah|| Amalia Hapsari|| Amalia Sekarjati|| Febian Nurrahman|| Hendry Ma'ruf|| Keishkara Hanandhita|| Mayang Arum Anjar Rizky|| Novia Rozet|| Sari Rachmani|| Surioktya Zuarni Meisyka|| Valeska Liviani|| Yusrina Sabila Penulis Adhitya Mulya|| Alanda Kariza|| Dewi Lestari|| Fira Basuki|| Jenny Jusuf|| Ninit Yunita|| Nova Riyanti Yusuf|| Okke|| Prima Rusdi|| Raditya Dika|| Sitta Karina Selebritis Anizabella|| Christian Sugiono|| Dian Sastrowardoyo|| Eva Celia Lesmana|| Wulan Guritno Teman Blogger Agas|| Alia|| Alvin|| Arimbi|| Aulia|| Avo|| Chenel|| Citra|| Dara|| Deedee|| Dwikjohn|| Echa|| Jane|| Julham|| Kanira|| Kanya|| Kiky|| Lalla|| Lalita|| Meiggy|| Mini|| Mudjiran|| Nadine|| Nanien|| Refika|| Sheyka|| Siska|| Suci|| Synna|| Tarra|| Vito Yang Lainnya Kineforum|| Macabre|| Ragazzonline|| credits skin by: Jane |
Minggu, 05 Oktober 2008 @ 11.28
Dibanggakan apa yang kamu rasakan jika seseorang memuji kamu atau membanggakan dirimu di depan orang lain? bangga? senang? terharu? atau justru malah bete? saat ini saya sampai di taraf hal itu sudah tidak lagi membahagiakan atau memberi sensasi menyenangkan yang dulu selalu ada, saat ini saya justru merasa datar atau boleh dibilang biasa-biasa aja apabila itu terjadi bukannya tidak senang. bukannya saya begitu sombong hingga merasa wajar diri saya dipuji atau dibanggakan, bukan seperti itu maksud saya. justru saya sudah sampai di titik dimana saya jengah diperlakukan terlalu berlebihan seperti itu, dipuji, dibanggakan, dianggap pintar, dan segala macamnya. saya tidak pintar kalau saya kebetulan selalu masuk ke sekolah-sekolah unggulan itu mungkin hanya sebuah kebetulan semata, wujud egoisme saya untuk menunjukkan kalau saya mampu mendapat pendidikan layak di tempat yang baik. sekolah di sekolah unggul itu bisa mencetak saya menjadi pribadi yang unggul, dan itulah yang saya cari, bukannya cap pintar, nerdy atau kutu buku yang kadang dengan seenak jidat ditempelkan ke saya waktu SMP : sekolah di 49? pinter doooong waktu SMA : 28 pasar minggu? unggulan kan? dulu pas masuk sana NEMnya pasti tinggi sekarang : kerja di film? keren bangeeet! kok bisa siiih? saya jengah mendapat komentar itu biasanya apabila komentar macam itu mulai terdengar saya cuma bisa tersenyum tipis, berusaha memasang muka ramah ala anak baik-baik. sekali lagi saya bukan tidak suka dipuji, saya cuma merasa kurang pantas untuk dipuji sedemikian rupa kayak gitu, itu berlebihan buat saya. dan yang lebih membuat jengah apabila orangtua saya mulai ikut-ikutan memamerkan saya, menyebut dimana saya dulu sekolah, menyebut pekerjaan saya sekarang, menyebut gimana gampangnya saya diterima kerja tanpa perlu proses berbelit, dan segala macamnya itu ke orang-orang yang menurut saya gak perlu mengetahui saya sampai sedemikian detail seperti itu lebaran kemarin lagi-lagi saya seperti barang dagangan yang dipamerkan saya benci keadaan itu. saya benci melihat ayah saya berbicara -membicarakan saya- layaknya saya barang yang dipromosikan dengan cara menyebut kualifikasi apa yang saya punya. saya tidak suka itu semua. that's sucks! buat apa sih? okey kalo dilihat dari sisi lain saya patut bersyukur karena itu bukti ayah saya bangga pada saya hingga dia mewujudkan rasa bangganya itu dengan membaginya ke orang lain. tapi kalo dari kacamata saya sebagai 'objek' menjadi sesuatu yang diomongkan dan diobral kayak barang dagangan itu gak enak loh, bikin pusing dan bikin stress karena secara gak langsung saya seperti menanggung beban moral untuk selalu tampil bagus supaya tahun depan dalam kesempatan lain saya tetap bisa tampil prima untuk kembali dibanggakan apa saya terlalu berlebihan ya? salah satu teman saya sih bilang saya begitu, dia bilang seharusnya saya bersyukur karena mendapat pujian atau menjadi seseorang yang dibanggakan. tapi buat apa saya mendapatkan itu kalau saya merasa tidak nyaman? bukankah pujian seharusnya mendatangkan kebahagiaan? rasa senang karena itu berarti orang-orang memperhatikan saya? tapi kini itu tidak lagi saya rasakan, sekali lagi yang saya rasakan cuma suasana datar yang membuat jengah sudahlah cukup pandang saya sebagai Baihaqi Achmad. cuma Baihaqi Achmad tanpa embel-embel lulusan sekolah unggulan. cuma Baihaqi Achmad tanpa embel-embel status pekerjaan saya. saya cuma mau dipandang sebagai Baihaqi Achmad, tidak kurang dan tidak lebih Label: life | |