Baihaqi Achmad Panggil saya Haqi. Saya tertarik sekali dengan apapun yang berhubungan dengan seni dan film. Memiliki jutaan mimpi yang diusahakan sekali untuk dicapai. Memiliki tumpukan masalah yang sebisa mungkin diselesaikan. Memiliki beberapa potensi yang diusahakan untuk dikembangkan. Sangat ingin berkeliling Indonesia, menjadi penulis, menjadi wartawan dan membangun bisnis toko buku dan kafe
arsip Juli 2007 Agustus 2007 September 2007 Oktober 2007 November 2007 Desember 2007 Januari 2008 Februari 2008 Maret 2008 April 2008 Mei 2008 Juni 2008 Juli 2008 Agustus 2008 September 2008 Oktober 2008 para tetangga Teman Sekolah Akbar Badriansyah|| Amalia Hapsari|| Amalia Sekarjati|| Febian Nurrahman|| Hendry Ma'ruf|| Keishkara Hanandhita|| Mayang Arum Anjar Rizky|| Novia Rozet|| Sari Rachmani|| Surioktya Zuarni Meisyka|| Valeska Liviani|| Yusrina Sabila Penulis Adhitya Mulya|| Alanda Kariza|| Dewi Lestari|| Fira Basuki|| Jenny Jusuf|| Ninit Yunita|| Nova Riyanti Yusuf|| Okke|| Prima Rusdi|| Raditya Dika|| Sitta Karina Selebritis Anizabella|| Christian Sugiono|| Dian Sastrowardoyo|| Eva Celia Lesmana|| Wulan Guritno Teman Blogger Agas|| Alia|| Alvin|| Arimbi|| Aulia|| Avo|| Chenel|| Citra|| Dara|| Deedee|| Dwikjohn|| Echa|| Jane|| Julham|| Kanira|| Kanya|| Kiky|| Lalla|| Lalita|| Meiggy|| Mini|| Mudjiran|| Nadine|| Nanien|| Refika|| Sheyka|| Siska|| Suci|| Synna|| Tarra|| Vito Yang Lainnya Kineforum|| Macabre|| Ragazzonline|| credits skin by: Jane |
Jumat, 10 Oktober 2008 @ 10.34
Doa Yang Mengancam ![]() Sutradara : Hanung Bramantyo Penulis : Jujur Prananto Produser : Leo Sutanto, Mitzy Christina Produksi : SinemArt Setelah sukses dengan Ayat-Ayat Cinta, Hanung Bramantyo kembali, kali ini kembali menggarap film bernuansa religi yang sama-sama diangkat dari sebuah karya tulis. Kalau AAC diangkat dari novel laris karya Habiburrahman El Shirazy, Doa Yang Mengancam diangkat dari cerpen karya Jujur Prananto. Ide ceritanya bagus. Seorang Jujur Prananto gak perlu diragukan lagi lah karyanya seperti apa. Saya sendiri gak pernah membaca cerpennya tapi menurut beberapa sumber katanya ada beberapa hal dalam cerpen tersebut yang dirubah dan hasilnya tampak seperti dalam filmnya. Menggugat Tuhan, mengancam setan, ketidakpuasan hidup serta ketidakmampuan bersyukur menjadi inti dari cerita film ini. Dari segi akting Ramzi yang paling menonjol. Aktingnya terlihat pas, alami dan tidak berlebihan. Celetukan-celetukan serta ekspresinya 'dapet banget' dan tampak natural. Aming bermain bagus, cuma nuansa Extravaganza dan 'pinky boy' yang sudah kadung melekat padanya susah untuk dihilangkan, terlebih di film ini ia bermain menjadi pria sejati yang seorang kuli bangunan. Titi Kamal yang dicap sebagai pemanis film ini mampu menunjukkan aksinya sebagai gadis manis dengan baik, setelah tampil 'ancur' di Tipu Kanan Tipu Kiri di film ini Titi cukup maksimal dan terlihat cantik. Nanie Wijaya juga keren! Belum pernah kan liat Nani Wijaya ngoceh-ngoceh sambil merokok? Di film ini kamu bisa melihatnya Sinematografinya cukup bagus. Gambarnya memanjakan mata meski di beberapa bagian terlihat kasar. Suasana pasarnya digambarkan dengan baik, padang ilalangnya juga. Kekurangan film ini ceritanya berjalan terlalu cepat tapi menjadi melebar kemana-mana, sedikit membingungkan dan diakhiri dengan anti klimaks, padahal dari awal sampai tengah emosi dan mood penonton sudah bisa dibangun dengan cukup baik. Label: movie | |